• Sabtu, 30 September 2023

Kampanye Negatif Sawit, Praktik Curang UE untuk Peroleh Keuntungan Komersial Secara Tidak Fair

- Kamis, 18 Mei 2023 | 19:44 WIB
Kampanye negatif sawit
Kampanye negatif sawit

SAWITKU-Pernyataan yang menyebut produk sawit dan turunannya dari Indonesia bertanggung jawab atas penggundulan hutan atau deforestasi telah cukup lama bergaung.

Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Sri Raharjo menilai, pernyataan itu merupakan bagian dari perang dagang negara-negara penghasil minyak nabati di Uni Eropa.

Kita tahu bahwa sejumlah negara maju di barat telah lama melakukan praktek public relation yang canggih, melalui berbagai media untuk melemahkan minyak sawit.

Baca Juga: Moeldoko dan Luhut Berbisnis Kendaraan Listrik, Faisal Basri Sebut Kebijakan Subsidi Tidak Tepat

“Mereka melakukan ini dengan harapan agar konsumen, terutama di Eropa dan Amerika, menjauhi minyak sawit dan melindungi minyak nabati yang mereka produksi di wilayahnya,” kata Sri Raharjo, Profesor saat  berbicara dalam pidato ilmiah resmi, untuk memperingati ulang tahun UGM ke 73 pada akhir tahun 2022.

Minyak sawit terus dikritik secara tidak fair selama bertahun-tahun, dan dituduh tidak sehat, merusak lingkungan.

“Bahkan tuduhan yang baru terus dimunculkan ditambahkan ke daftar kesalahan minyak sawit,” tambah Sri Raharjo.

 Baca Juga: Pengusaha Bisa Manfaatkan 50 Riset Paten Hilirisasi Sawit untuk Komersial

Sri Raharjo adalah satu dari sejumlah pakar yang rajin membela posisi Indonesia dalam lansekap bisnis kelapa sawit.

Ditengah kritik karena kebun sawit merusak hutan, dia sering menyampaikan pendapat ilmiah yang melawan kampanye, terutama dari Uni Eropa.

Pada Oktober 2022 lalu misalnya, Sri Raharjo memberikan kuliah umum di Universitas Mulawarman, Kalimantan Timur.

Baca Juga: CPOC akan Bertemu Industri kelapa sawit dan Organisasi Masyarakat Sipil Uni Eropa

Sri Raharjo meminta semua pihak berhenti memberi predikat buruk pada sawit Indonesia.

Sebelumnya dalam simposium sawit nasional pada Mei 2022, Sri Raharjo menyebut kampanye negatif muncul karena persaingan bisnis minyak nabati.

Halaman:

Editor: Tommy Pardede

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Memacu Semangat Penyuluh Pertanian

Jumat, 22 September 2023 | 10:00 WIB

Naikan harga Gabah, Turunkan Harga Beras

Rabu, 20 September 2023 | 08:00 WIB

Hilirisasi Bukan Monopoli korporasi, UMKM Dilibatkan

Senin, 11 September 2023 | 08:00 WIB

Pengamat Sebut Food Estate Tak Perlu Buka lahan Baru

Senin, 28 Agustus 2023 | 08:00 WIB

Palm Co Bakal Tambah Jajaran BUMN Kelas Dunia

Senin, 14 Agustus 2023 | 16:00 WIB

Jalan Panjang Menuju Swasembada Pangan

Senin, 14 Agustus 2023 | 05:05 WIB

Pelabuhan CPO di Mukomuko Dirancang Aman Gempa

Senin, 31 Juli 2023 | 09:00 WIB

Oh, Tesso Nilo, Ha ha ha

Jumat, 28 Juli 2023 | 15:26 WIB
X