SAWITKU-Kebohongan publik yang sangat besar jika ada orang yang menyebut petani di negeri ini sudah hidup sejahtera.
Keliru juga kalau ada pejabat yang dalam pidatonya menyatakan petani sudah terbebas dari suasana hidup miskin.
Bahkan terasa memuakkan bila ada pihak yang berpandangan, para petani sudah menjadi penikmat pembangunan.
Selama 77 tahun Indonesia Merdeka, kelihatannya belum mampu membawa para petani ke dalam suasana hidup yang penuh dengan kenikmatan.
Baca Juga: Eddy Martono: GAPKI Siap Tingkatkan Kapasitas Sebagai Mitra Strategis Pemerintah
Jika "hidup nikmat" dianggap terselesaikannya persoalan lahir dan bathin manusia, maka bolehlah kita bicara tentang kesejahteraan dan kebahagiaan. Sayang, hal ini belum dapat dirasakan para petani.
Sebagian petani di negara kita, terekam masih hidup menderita. Mereka, khususnya petani berlahan sempit, hidup hanya sekedar untuk menyambung nyawa.
Kerja keras selama ini, tampak belum mampu meningkatkan kualitas kehidupannya. Mereka senantiasa terjebak dalam lingkaran setan kemiskinan yang tidak berujung pangkal.
Baca Juga: Eddy Martono Nahkodai GAPKI Periode 2023-2028
Badan Pusat Statistik merilis, sebagian besar warga bangsa yang masih terjebak dalam kemiskinan ekstrim adalah para petani berlahan sempit (petani gurem dan petani buruh).
Mereka tersebar di pelosok-pelosok perdesaan, menunggu para penentu kebijakan menelorkan solusi terbaik, agar mereka menjadi hidup secara pantas selaku bangsa yang merdeka.
Mengacu kepada gambaran yang demikian, sebetulnya Pemerintah telah berbuat banyak untuk menanganinya.
Semangat "petani bangkit mengubah nasib" sudah sejak lama dikumandangkan. Mulai Presiden hingga Ketua RT sepakat, kemiskinan yang mendera kehidupan petani, sudah waktunya dihapuskan.
Baca Juga: Sentimen Negatif terhadap Kemenkeu Naik, Begini Penjelasan Pengamat Digital
Artikel Terkait
Kolom Entang, Penyuluh Pertanian dan Panen Raya Padi 2023
Kolom Entang, Bongkar Pasang Regulasi
Kolom Entang, BUMN Pro Petani