SAWITKU-Puncak panen raya padi 2023 diperkirakan pada bulan Maret hingga April. Sudah sejak beberapa minggu lalu, panen padi telah berlangsung di berbagai daerah sentra produksi padi.
Kita tentu ingat ketika Menteri Pertanian ikut panen di Karawang, Jawa Barat. Saat itu diumumkan produksi gabah kering panen per hektar, mampu mencapai sekitar 8 ton.
Bagi sebagian besar para petani padi, panen raya adalah momen yang ditunggu-tunggu. Petani sangat berharap, panen raya merupakan pintu masuk menuju kehidupan yang lebih baik. Dengan produksi yang meningkat ditambah dengan harga jual gabah dan beras yang menguntungkan, membuat petani memiliki kualitas hidup yang lebih baik.
Baca Juga: Tipu Tipu Rafael Alun Terendus, KPK Siap Buru Dua Mantan Pejabat Pajak
Panen raya padi kali ini, memang memiliki dua suasana yang menarik untuk dicermati lebih seksama, khususnya yang berkaitan dengan harga jual gabah di tingkat petani dan harga jual beras di konsumen.
Pengalaman membuktikan, di saat panen raya, bahkan sebelum puncak panen berlangsung, di berbagai daerah terekam soal anjloknya harga gabah dan tetap meroketnya harga beras di pasaran.
Di sisi lain, di saat menjelang Hari-Hari Besar Keagamaan seperti menyambut Ramadhan dan Hari Raya Idhul Fitri tiba, harga-harga kebutuhan bahan pangan cenderung merangkak naik. Kondisi semacam ini sudah berjalan puluhan tahun.
Pemerintah seperti kewalahan dan kesusahan dalam mencarikam solusi terbaiknya.
Baca Juga: Sri Mulyani : Penilep Pajak Biasanya Kongkalikong WP dan Aparat Nakal
Dalam kaitannya dengan komoditas beras, suasana panen raya dan hari-hari besar keagamaan, berlangsung dalam kurun waktu yang hampir berbarengan.
Pertanyaannya adalah peluang mana yang lebih memungkinkan bakal terjadi ? Apakah harga beras akan turun karena terjadinya panen raya, atau malah naik karena psikologis harga menjelang bulan Romadhon dan Hari Raya Idhul Fitri ?
Kunci jawabannya tentu ada di Pemerintah. Dengan seabreg kewenangan yang dimiliki, Pemerintah memiliki kewajiban untuk mampu mengendalikan harga beras secara berkeadilan.
Kebijakan harga yang diambil, jelas tidak merugikan produsen, yaitu para petani yang setiap hari turun ke sawah. Seiring dengan itu, kebijakan harga yang diambil, juga mampu melindungi konsumen.
Artikel Terkait
Pendeta Kristen Ortodok Terkenal Jadi Mualaf, Picu Kehebohan di Amerika
Konglomerat Artalyta Suryani Rayakan HUT Mewah, Erick Thohir Hadir, Sajian Sup Seharga Android
Profil Ayin, Konglomerat yang Pernah Bikin Banyak Pejabat Dipecat