SAWITKU- Kebijakan pemerintah untuk melakukan hilirisasi komoditas pasir kuarsa atau silika di Pulau Rempang menawarkan kesempatan emas sekaligus bencana bagi warga Pulau ini.
Kota ini akan mempunyai industri hilirisasi kuarsa terbesar di Indonesia. Namun, sayangnya, hingga kini belum ada kajian bahwa investasi itu mampu menyejahterakan warga di sekitar sentra hilirisasi.
Arah kebijakan pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah dengan hilirisasi kuarsa di Pulau Rempang diungkap pengamat ekonomi Suyono Saputra, beberapa waktu lalu.
“Ini akan jadi yang pertama dan terbesar di Indonesia,” ujar Suyono yang juga dosen ekonomi Universitas Internasional Batam.
Baca Juga: TW Cerita Kisruh Hilirisasi Hingga Kawasan Judi di Rempang Eco City
Ia menerangkan, Produk turunan yang bakal dihasilkan antara lain bahan baku kaca hingga barang jadi kaca untuk otomotif dan panel surya untuk pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
Pasar global untuk kedua produk tersebut masih sangat besar pada masa datang.
Sumber pasir kuarsa juga masih sangat besar. Di Kepri ada di Lingga dan Natuna, termasuk juga pasir laut Kepri dengan kandungan silika hingga 94 persen terhampar di endapan hingga miliaran kubik menunggu untuk digarap.
“Jika nanti berkembang, smelter kuarsa di Rempang tentu butuh tenaga kerja yang banyak. Selain tenaga kerja asal China, tenaga kerja lokal tentu harus juga diperhatikan,” tegas Suyono.
“Seperti halnya smelter di daerah lain, dampak ekologi juga harus menjadi prioritas agar manfaat ekonomi yang ingin dicapai justru berdampak negatif terhadap lingkungan sekitar.”
Baca Juga: Pratikno : Kelanjutan Ekonomi Tergantung Peran Industri Perangi Krisis Iklim
Hal itu berkaitan dengan rencana investasi perusahaan asal China Xinyi Group yang digandeng oleh PT Makmur Elok Graha.
Xinyi akan membangun hilirisasi pasir kuarsa atau silika menjadi kaca. Seperti nikel, Jokowi berencana melarang ekspor pasir kuarsa karena memiliki industri turunan yang besar.
MEG menggandeng Xinyi Glass Holding untuk membangun hilirisasi kuarsa di Pulau Rempang dengan investasi hingga USD11 miliar atau setara Rp172 triliun.
Artikel Terkait
Ada Tomy Winata Dibalik Panasnya Konflik Rempang Eco City
Tim Reformasi Percepatan Hukum Sampaikan 150 Rekomendasi ke Jokowi
Petani Padi Sejahtera, Pemkab Ngawi Minta Wilmar Perbanyak Kemitraan