SAWITKU-Satu kajian dari para ilmuwan University of California Riverside mengungkapkan jumlah metana dan gas rumah kaca yang terlepas sangat kuat mencapai tujuh kali lipat dalam 20 tahun terakhir.
Akibat terlepasnya metana secara besar-besaran diperkirakan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) bakal makin memperparah pemanasan global.
Bahkan kajian itu mengungkapkan jumlah metana dan gas rumah kaca yang terlepas sangat kuat mencapai tujuh kali lipat dari 19 tahun sebelumnya.
Temuan tersebut ditulis jurnal Atmospheric Chemistry and Physics dengan judul "Ground solar absorption observations of total column CO, CO2, CH4, and aerosol optical depth from California's Sequoia Lightning Complex Fire: emission factors and modified combustion efficiency at regional scales."
Baca Juga: Laba Bersih Kuartal I-2023 PT Jhonlin Agro Raya Turun Drastis
Para peneliti mengatakan, pemanasan global akibat metana telah menghangatkan planet ini 86 kali lebih kuat daripada karbon dioksida selama 20 tahun.
Hal ini akan menjadi sulit bagi banyak negara di dunia untuk mencapai tujuan udara dan iklim yang lebih bersih.
Kebakaran hutan yang memancarkan metana bukanlah hal baru. Tetapi jumlah metana dari 20 kebakaran teratas pada tahun 2020 terdeteksi telah mencapai lebih dari tujuh kali rata-rata dari kebakaran hutan dalam 19 tahun sebelumnya.
Baca Juga: Luhut Prediksi Bencana 2015 Bakal terulang di Agustus Mendatang Akibat El Nino
“Kebakaran semakin besar dan semakin intens, dan sejalan dengan itu, semakin banyak emisi yang dihasilkan darinya,” kata Francesca Hopkins, profesor ilmu lingkungan di University of California - Riverside.
“Kebakaran pada tahun 2020 menghasilkan 14 persen dari anggaran metana negara bagian di Amerika Serikat jika dilacak.”
Secara tradisional, para ilmuwan mengukur emisi dengan menganalisis sampel udara kebakaran hutan yang diperoleh melalui pesawat terbang.
Baca Juga: Gelombang Panas di India, Gagalkan Hasil Panen
Metode lama ini mahal dan rumit untuk diterapkan. Untuk mengukur emisi dari Kompleks Api Petir Sequoia pada 2020 di Sierra Nevadas, tim peneliti UCR menggunakan teknik penginderaan jarak jauh, yang lebih aman bagi para ilmuwan dan kemungkinan lebih akurat karena menangkap semburan terintegrasi dari api yang mencakup berbagai fase pembakaran.
Artikel Terkait
Penganiayaan Ala Mario Dandy Terulang Lagi, Pelakunya Anak Perwira Polisi di Medan
BMKG Ingatkan Masyarakat Hindari Indeks Ultraviolet Ekstrem Rabu 26 April 2023
Waspada Suhu Panas di Indonesia, Ini Risikonya
Depkes Taiwan Temukan Indomie Rasa Ayam Spesial Bisa Picu Kanker