SAWITKU- Pusat Prakiraan Iklim (Climate Prediction Centre/CPC)) memperkirakan, El Nino berlanjut dari Januari sampai Maret 2024 dan akan menimbulkan kondisi cuaca yang lebih ekstrem.
Peluang terjadinya pola cuaca El Nino sampai tahun depan diprediksi mencapai 95%.
“Pada Agustus, suhu muka laut berada di atas rata-rata seluruh wilayah khatulistiwa Samudera Pasifik, dengan peningkatan suhu di wilayah Pasifik tengah dan timur-tengah,” tulis CPC, Kamis 14 September 2023.
Baca Juga: Kemarau Panjang, DPR Usul Pemerintah Kasih Insentif ke Petani
El Nino adalah menghangatnya suhu permukaan laut di daerah timur dan tengah Pasifik. Penghangatan itu bisa memicu fenomena cuaca ekstrem, mulai dari kebakaran hutan dan lahan, badai tropis sampai kekeringan berkepanjangan.
Fenomena yang terjadi secara alami ini sudah memicu bencana di seluruh dunia, di mana dampak paling berat dihadapi negara-negara berkembang yang terkena dampak kekeringan akibat naiknya harga pangan dan energi.
“Seiring makin menguatnya El Nino ke status kuat, maka ada kemungkinan besar hal ini berdampak pada musim tanam mendatang di wilayah Selatan Bumi,” ujar Chris Hyde, pakar meterologi di perusahaan teknologi luar angkasa Maxar.
Baca Juga: Bau Amis Ilegal Logging, Kucuran Uang Panas Rp1 Triliun ke Parpol yang Sulit Terungkap
“Ini termasuk tanaman pangan di Afrika Selatan, Asia Tenggara, Australia dan Brasil, di mana cuaca biasanya lebih kering dan panas ketimbang biasanya.”
Pada Selasa 12 September 2023, biro klimatologi dan meteorologi Australia mengatakan bahwa El Nino telah menguat dan berbagai peristiwa cuaca kemungkinan berkembang antara September sampai November.
Australia akan mengalami kondisi yang lebih panas dan kering.
“Meskipun amplitudo rata-rata ansambel-nya hampir sama dengan bulan lalu, namun cakrawala perkiraan yang lebih pendek menunjukkan bahwa kemungkinan paling dikit El Nino ‘kuat’ telah meningkat ke 71%,” ujar CPC.
Pada Juli, Badan Meterologi Dunia (WMO) telah memperingatkan bahwa suhu kemungkinan makin naik di sebagian besar dunia setelah El Nino muncul di wilayah tropis Pasifik untuk pertama kalinya sejak 7 tahun.
El Nino juga mengancam pasok beras global, di tengah larang ekspor yang dilekukan India, serta komoditi lainnya, seperti kopi, minyak sawit, gula, gandum dan kakao dari Asia Tenggara, Auatralia dan Afrika.***
Artikel Terkait
DPRD Kalteng Usul Kawasan Non Hutan Naik Jadi 30 Persen
Ada Tommy Winata Dibalik Panasnya Konflik Rempang Eco City
Rempongnya Pejabat Kita di Kasus Rempang, Walhi Beri Tanggapan Begini
KLHK Resmi Akui Delapan Hutan adat di Aceh