• Sabtu, 30 September 2023

Pakar Emisi Sebut Kajian CREA Soal PLTU Penyebab Polusi Tak Valid

- Sabtu, 16 September 2023 | 17:09 WIB
Ilustrasi PLTU Batubara (Dok/ AsiaToday.id)
Ilustrasi PLTU Batubara (Dok/ AsiaToday.id)

SAWITKU-Lembaga kajian Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) menyebutkan polusi udara di Jakarta diakibatkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang berbasis batu bara yang beroperasi di sekitar Jakarta.

Hal itu mendapat tanggapan Ahli Emisi Udara dari Universitas Sultan Agung Tirtayasa, Anton Irawan.

Anton mengatakan hasil kajian CREA tidak valid dan perlu memperjelas permodelan kajian yang menyebutkan polusi udara akibat PLTU.

 Baca Juga: Ricuh Rempang, Yudo Margono: Kalau Polisi Tak Mampu, TNI Siap Maju

“Kajian CREA perlu diperjelas dalam pemodelannya untuk sektor transportasi dan industri. Kok beda. Kan, sudah banyak kajian yang menyatakan transportasi sebagai penyebab utama polusi udara,” kata Anton yang merupakan pakar di bidang bahan bakar padat seperti dikutip, Sabtu 16 September 2023.

Anton mengatakan, jika benar CREA menggunakan pemodelan kualitas udara dengan Calpuff maka kecil kemungkinan polusi itu diakibatkan oleh PLTU.

Sebab jika itu digunakan lebih dari 100 km, maka hasil yang dilakukan membutuhkan sarana komputasi yang handal serta potensi untuk tidak valid besar.

 Baca Juga: Bau Amis Ilegal Logging, Kucuran Uang Panas Rp1 Triliun ke Parpol yang Sulit Terungkap

“Saya perikirakan  hasilnya kurang valid. Dia mengukur sampai Bandung. Jarak PLTU yang diukur sampai Bandung itu hamper 250 kilometer. Software Calpuff itu biasanya digunakan untuk mengukur jarak dekat. Tidak lebih dari radius 100 kilometer,” katanya.

Jadi menurut Anton perlu dilakukan investigasi lebih lanjut untuk sumber emisi yang menyebabkan kualitas udara di Jakarta menurun.

Menurut Anton, emisi PLTU Suralaya sudah terkonsentrasi hanya di sekitar kawasan pembangkitan menyusul diterapkannya teknologi berbasis tinggi.

Baca Juga: PPATK Kantongi Nama Parpol Penerima Uang Haram Ilegal Logging Rp1 Triliun

Rata-rata PLTU sudah dipasang Electrostatic Precipitator atau yang sering disebut ESP. Hasil efisiensi penyaringan abu dengan ESP dapat mencapai 99,5 persen.

Penyaringan emisi tersebut, paparnya, bisa terlihat dari perbedaan asap yang dikeluarkan dari PLTU.

Halaman:

Editor: Tommy Pardede

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Wuling Pamer "Mobil Ganteng" di IMX 2023

Sabtu, 30 September 2023 | 07:01 WIB

PLN Nusantara Power Raih Sertifikasi Penurunan Emisi KLHK

Selasa, 26 September 2023 | 10:02 WIB

Biomassa Berbasis Keterlibatan Masyarakat Jadi Fokus PLN

Sabtu, 23 September 2023 | 14:05 WIB

Pemprov DKI Tegur Pabrik Pengolahan Sawit di Jakut

Rabu, 20 September 2023 | 08:49 WIB

Walhi Minta Pembangunan PLTN Kalbar Dihentikan

Selasa, 19 September 2023 | 20:00 WIB

Dorong Penggunaan Energi Bersih, PLN dan SIG Teken MoU

Selasa, 19 September 2023 | 14:25 WIB

Bentley Buka Showroom Pertama di Pondok Indah

Rabu, 13 September 2023 | 13:00 WIB
X