SAWITKU-Ketua Umum DPP Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Arjuna Putra Aldino menyoroti mangkraknya program Food Estate yang dikomandoi Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
Sudah berjalan hampir tiga tahun program tersebut tak kunjung menghasilkan.Padahal, program tersebut dirancang demi mencegah ancaman krisis pangan.
Adapun wilayah yang jadi pilot project program tersebut berada di Kalimantan, Sumatera, Maluku, NTB, NTT dan Papua.
Baca Juga: Protes Keras Presiden UE, Jokowi Sebut kebijakan Anti Deforestasi Matikan Petani Sawit Indonesia
Baca Juga: Pidato AHY: Abaikan Lingkungan, Food Estate Cuma Proyek Grasa Grusu Jokowi
Luas lahan yang digarap dalam proyek ini 164.598 hektar.
Rinciannya lahan intensifikasi seluas 85.456 hektar dan lahan ekstentifikasi seluas 79.142 hektar.
Di Kalimantan Tengah misalnya, perkebunan singkong seluas 600 hektare mangkrak dan 17.000 hektare sawah baru tak kunjung panen.
Padahal, proyek food estate ini menelan anggaran cukup besar, sekitar Rp1,5 triliun pada 2021-2022.
Baca Juga: Jegal Ekspor Sawit Indonesia, “Kampanye Basi” Deforestasi Setara Lapangan Sepak Bola Digoreng Lagi
Baca Juga: Basuki Sebut Food Estate di Humbang Hasundutan Sumut Lumbung Pangan Indonesia
“Proyek ini menelan anggaran besar. Tapi banyak yang mangkrak dan gagal. Prabowo Subianto sebagai penanggung jawab jelas gagal. Tak mampu menyukseskan program Presiden Jokowi," ungkap Arjuna, Minggu 21 Mei 2023.
Arjuna juga menilai, proyek ini rawan konflik kepentingan.
Pasalnya, PT Agro Industri Nasional (Agrinas) yang ditunjuk sebagai mitra pelaksana food estate diisi oleh orang-orang dekat Prabowo, sebagian besar dari mereka adalah pimpinan teras Partai Gerindra dan tim sukses Prabowo saat kampanye Pilpres 2019.